Kategori

Kamis, 03 Desember 2015

PELATIHAN PENINGKATAN KUALITAS MENEJEMEN SISTEM INFORMASI KEPEMUDAAN 2015


Dinas Olahraga dan pemuda provinsi Jawa Barat pada tanggal 20 hingga 21 November ini mengadakan suatu pelatihan untuk kepemudaan terkait peningkatan kualitas manajemen sistem informasi kepemudaan tahun 2015 dengan peserta dari berbagai organisasi kepemudaan berbagai daerah di jawa barat dan bertempat di Hotel Baltika, Bandung.
Dalam hal ini, tentunya upaya pemerintah sangat mendukung sekali untuk mempersiapkan para tunas-tunas bangsa yang akan membawa arus bangsa kita beberapa tahun yang akan datang. dan khususnya dalam menghadapi “Bonus Demografi” yang dapat kita raih dan kita rasakan dari mulai tahun 2020 hingga tahun 2030 mendatang.
Bonus Demografi yakni indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan perbandingan usia produktif 2 kali lipat melebihi jumlah penduduk tidak produktif. Bonus atau hadiah jumlah penduduk usia produktif yang begitu melimpah, tentu saja menjadi sebuah peluang bagi indonesia untuk perekonomian nasional. Wajib hukumnya, seluruh elemen untuk dapat menangkap peluang yang sangat tepat untuk kepentingan nasional dalam hal peningkatan perekonomian. Tak terkecuali untuk kelompok muda, sebab penduduk dengan usia produktif ini hampir 70% dari kalangan pemuda (Menurut UU No 40 tahun 2009 kategori pemuda yaitu berumur 16-30 tahun).
Beberapa kunci untuk memanfaatkan bonus demografi ini yakni; menyiapkan pemuda menjadi tenaga ahli disegala bidang, Menciptakan lapangan pekerjaan, Meningkatkan daya saing pemuda, kemudian menumbuhkembangkan jiwa Enterpreneurship kepada pemuda, sekaligus dengan membuka akses permodalan bagi kalangan wirausaha pemuda.
Dengan kegiatan yang baik ini semoga para peserta bisa menjadi bibit-bibit revolusioner di berbagai daerahnya masing-masing dengan mengaplikasikan apa yang di dapat dari pelatihan kepemudaan ini dengan memanfaatkan sistem menejemen informasi yang menjadi sarana akses informasi yang digandrungi masyarakat globalisasi ini.

CONTOH SOAL TENTANG BEBERAPA TOKOH DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera kami sampaikan, semoga sahabat-sahabat sekalian senantiasa dalam lindungan Alloh SWT, Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW. Berikutnya akan kami uraikan mungkin untuk terkait beberapa contoh soal yaitu tentang beberapa tokoh dan pemikiran pendidikan islam,  yang akan kami harapkan mungkin bagi sahabat-sahabat sekalian. Berikut beberapa hasil dari yang kami buat untuk contoh beberapa soal dari postingan kami sebelumnya & semoga bermanfaat untuk sahabat-sahabat sekalian,,,,

1.       Berikut ini, manakah yang BUKAN merupakan tokoh pemikiran islam generasi klasik ?
a.       Imam Ghazali
b.      KH. Hasyim Asy’ari
c.       Ibn Sina
d.      Ibn Khaldun
2.       Imam Al-Ghazali dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan. Di negara manakah khurasan itu berada ?
a.       Iraq
b.      Palestina
c.       Persia
d.      Mesir
3.       Pada tahun Hijriyah keberapakah Imam Al-Ghazali dilahirkan ?
a.       450 H
b.      370 H
c.       580 H
d.      470 H
4.       Kepada siapakah Imam Al-Ghazali belajar ilmu fiqh sewaktu ia kecil ?
a.       Syaikh Abdul Karim Ibn Amrulloh
b.      Ibn Khaldun
c.       KH. Ahmad Dahlan
d.      Ahmad Ibn Muhammad Ar-Radzakani
5.       Sebagaimana yang dikutip Athiyah Al-Abrasyi bahwa “ Sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Alloh Azza Wazalla “, merupakan pendapat dari ?
a.       KH. Hasyim Asy’ari
b.      Ibn Sina
c.       Syaikh Abdul Karim Ibn Amrulloh
d.      Imam Al-Ghazalli
6.       Di barat dikenal dengan sebutan Avicenna, Siapakah tokoh tersebut ?
a.       Ibn Khaldun
b.      Hamka
c.       Ibn Sina
d.      Ikhwan As-Shaffa
7.       Pada usia berapa tahun Ibn sina memulai pendidikannya ?
a.       7  Tahun
b.      5  Tahun
c.       3  Tahun
d.      10  Tahun
8.       Terletak dimanakah kerajaan Bani Hafzh berada ?
a.       Persia
b.      Palestina
c.       Tunisia
d.      Yaman
9.       Pada tahun berapakah Ibn Khaldun dilahirkan ?
a.       750  H
b.      730  H
c.       732  H
d.      720  H
10.   Apa makna dari Ikhwan As-Shafa ?
a.       ( Persahabatan )
b.      ( Persaudaraan )
c.       ( Perselisihan )
d.      ( Persamaan )
11.   Siapa nama kecil dari KH. Ahmad Dahlan ?
a.       Muhammad Dahlan
b.      Muhammad Darwis
c.       Muhammad Darwan
d.      Muhammad Darman
12.   Berperan sebagai apa KH. Abu Bakar  dilingkungan kauman ?
a.       Imam masjid agung
b.      Khotib masjid Agung
c.       Kepala Desa
d.      Bupati
13.   Dimanakah hasyim Asy’ari dilahirkan ?
a.       Jombang
b.      Yogyakarta
c.       Surakarta
d.      Semarang
14.   Pada usia berapakah Abuya hamka saat kecil dibawa ayahnya ke padang panjang ?
a.       5  Tahun
b.      6  Tahun
c.       7  Tahun
d.      8  Tahun
15.   Pada Tahun berapakah Mahmud Yunus melanjutkan studynya ke Universitas Al-Azhar  Chairo ?
a.       1923
b.      1924
c.       1925
d.      1926


16.   Jelaskan pemikiran Ibn Sina tentang filsafat ilmu ?
17.   Jelaskan Tujuan pendidikan menurut Ibn Sina.
18.   Apa yang melatarbelakangi munculnya Ikhwan As-Shafa ?
19.   Bagaimana pendapat KH. Ahmad Dahlan tentang Kurikulum atau Materi pendidikan ?

20.   Bagaimana pandangan pendidikan dalam pandangan Abuya Hamka ?

MAKALAH TOKOH DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan islam adalah pendidikan yang sangat ideal, pendidikan islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah islam yang telah dilakukan nabi muhammad SAW. Berkaitan dengan itu pula pendidikan islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda sejalan dengan upaya pembaharuan yang dilakukan terus menerus pasca generasi nabi, sehingga dalam perjalanan selanjutnya, pendidikan islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan islam yang dimaksud.
Penelitian merupakan salah satu cara melakukan usaha-usaha perbaikan dan pembaharuan.Ilmu tidak akan bertambah maju jika tanpa adanya penelitian dan pembaharuan. Upaya penelitian tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh para ulama masa lalu, termasuk masalah pendidikan. Upaya penelusuran terhadap pemikiran para tokoh berkaitan dengan pendidikan, khususnya pendidikan islam.
2.      Rumusan Masalah
1.      Siapakah tokoh-tokoh pendidikan islam masa klasik diluar indonesia?
2.      Siapakah tokoh-tokoh pendidikan islam di indonesia ?














BAB II
PEMBAHASAN
Generasi Klasik
1.      Imam Ghazali
a.      Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-ghozali. Ia dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, Pada tahun 450 H / 1058 M. Imam Ghazali sejak kecil dikenal sebagai pecinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.
Al-ghazali pada masa kanak-kanak belajar fiqh kepada Ahmad ibn Muhammad Ar-Radzakani, kemudian beliau pergi ke Jurjan berguru kepada Imam Abu Nashr Al-Ismaili. Setelah itu ia menetap lagi di Thus untuk mengulang-ulang pelajaran yang diperolehnya dari Jurjan.
b.      Pemikiran Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghozali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan  dan taqarrub kepada Alloh dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebagaimana yang dikutip Athiyyah Al-Abrasyi bahwa Imam Al-Ghazali berpendapat “ Sesungguhnya tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Alloh Azza Wa jalla “.
Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu dengan Ma’rifah seperti tradisi umum kaum shufi. Memang ia pernah menyebutkan bahwa secara etimologi, ada sedikit perbedaan antara keduanya, dan ia tidak keberatan atas pemakaian tema Ma’rifah untuk konsep (Tasawuf), dan ‘ilm untuk assent (tasqiq). Akan tetapi dalam berbagai kitabnya, ia sering memakai dua terma itu sebagai arti yang sama.
2.      Ibn Sina
a.      Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah, di barat populer dengan sebutan Avicenna. Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara, dikawasan Asia Tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkan, suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani. Diwafatkan di Hamdzan-sekarang Iran, Persia. Pada tahun 428 H (1037 M) dalam usia yang ke 58 tahun, ia wafat karena terserang penyakit usus besar.
Tampilnya Ibn Sina selain sebagai ilmuan yang terkenal didukung oleh tempat kelahirannya sebagai ibu kota kebudayaan, dan orang tuanya yang dikenal sebagai pejabat tinggi, juga karena kecerdasannya yang luar biasa. Sejarah mencatat bahwa Ibn Sina memulai pendidikannya pada usia lima tahun dikota kelahirannya, Bukhoro. Pengetahuan yang pertama kali ia pelajari ialah membaca Al-Qur’an. Setelah itu ia melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama islam seperti Tafsir, fiqh, Ushuluddin, dan lain-lain. Berkat ketekunan dan kecerdasannya ia berhasil menghafal Al-Qur’an dan menguasai berbagai cabang ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.
b.      Pemikiran Pendidikan
Ibn Sina banyak kaitannya dengan pendidikan, Barangkali menyangkut pemikirannya tentang filsafat ilmu. Menurut Ibn Sina terbagi menjadi 2, yaitu :
1.      Ilmu yang tak kekal
2.      Ilmu yang kekal
Ilmu yang kekal dari  peranannya sebagai alat dapat disebut logika. Tapi berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan ilmu yang teoritis.
Tujuan pendidikan menurut Ibn sina, Yaitu :
1.      Diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang menuju perkembangan yang sempurna baik pperkembangan fisik, intelektual maupun Budi Pekerti.
2.      Diarahkan pada upaya dalam rangka mempersiapkan seseorang agar dapat hidup bersama-sama di masyarakat dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya disesuaikan dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
3.      Tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan, yang artinya mencetak tenaga pekerja yang profesional.
3.      Ibn Khaldun
a.      Riwayat Hidup
Ditengah konflik yang terjadi diantara kerajaan-kerajaan kecil, kerajaan bani Abdul Wad Az-zanatiyah terkena musibah dan bencana yang berasal dari kerajaan  tetangganya, yakni kerajaan Bani Hafzh yang berada di Tunisia. Dalam suasana itu Ibn Khaldun lahir di Tunisia awal Ramadhan tahun 732 H, dengan keluarga besar berbangga dengan nashab arabnya yang berasal dari Hadramaut, Yaman.
Ibn Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu. Pertama-tama ia menghafal Al-Qur’an lewat bimbingan ayahnya sendiri. Lalu kemudian ia mempelajari ilmu Hadits, ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Bahasa, Sastra, Sejarah, selain mempelajari filsafat dan ilmu Mantiq (Logika).
b.      Pemikiran Pendidikan
Ibn Kaldun tidak memberikan definisi pendidikan secara jelas, ia hanya memberikan gambaran-gambaran secara umum, seperti dikatakan Ibn Khaldun bahwa “ Barang siapa tidak terdidik oleh orang tuanya, Maka akan terdidik oleh zaman, maksudnya barang siapa yang tidak memperoleh tatakrama yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orangtua mereka yang mencakup guru-guru dan para  sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam, dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengatakannya.
Dari rumusan yang ingin dicapai Ibn Khaldun menganut prinsip keseimbangan. Ia ingin anak didik mencapai kebahagiaan duniawi dan sekaligus ukhrawinya kelak. Berangkat dari pengamatan terhadap rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai Ibn Khaldun, Secara jelas kita dapat melihat bahwa ciri khas pendidikan islam yaitu sifat moral religius nampak jelas dalam tujuan pendidikannya, dengan tanpa mengabaikan masalah-masalah duniawi. Sehingga secara umum kita dapat katakan bahwa pendapat Ibn Khaldun tentang pendidikan telah sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan islam yakni aspirasi yang bernafaskan moral dan agama. Ibn Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas.
4.      Ikhwan As-Shafa
a.      Riwayat Hidup
Ikhwan As-Shafa ( Persaudaraan ) adalah organisasi dari para filsuf arab muslim, yang berpusat di Basrah, Irak, yang saat itu merupakan ibukota kekhalifahan abassiyah sekitar abad ke-10 masehi. Kelompok yang berdiri di Bashrah kira-kira tahun 373 H / 983 M ini, terkenal dengan risalahnya, yang memuat doktrin-doktrin spiritual dan sistem filsafat mereka. Nama lengkap kelompok ini adalah Ikhwan Al-Shafa wa khullan Al-Wafa Wa Ahl Al-Hamd Wa Abna’ Al-Majd, Sebuah buku yang sangat mereka hormati “ Khalilah wa Dimnah”.
Kemunculan Ikhwan As-Shafa dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap pelaksanaan ajaran islam yang telah tercemar oleh ajaran-ajaran luar islam,  Serta untuk mengembalikan kembali rasa cinta pada ilmu pengetahuan. Organisasi ini sangat merahasiakan anggotanya. Mereka bekerja dan bergerak secara rahasia, Disebabkan kekhawatiran akan tindak penguasa waktu itu yang cenderung menindas gerakan-gerakan yang timbul.
Disamping itu juga, kelompok Ikhwan Al-Shafa mengklaim dirinya sebagai kelompok Non-Partisan, Objektif, Ahli pencinta kebenaran, Elit intelektual dan solid kooperatif. Mereka mengajak masyarakat untuk menjadi kelompok orang-orang mu’min yang militan, untuk beramar ma’ruf Nahi Munkar.

b.      Pemikiran Pendidikan
Ikhwan Al-Shafa juga berpendapat bahwa semua ilmu harus diusahakan (Muktasabah), Bukan pemberian tanpa usaha. Ilmu  yang demikian didapat dengan panca indra. Ikhwan Al-Shafa menolak pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah Markuzah (Harta Tersembunyi) sebagaimana pendapat Plato yang beraliran Idealisme.
Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan, Ikhwan Al-Shafa mencoba meng-integrasikan antara ilmu agama dan umum. Mereka mengatakan bahwa kebutuhan jiwa manusia terhadap ilmu pengetahuan tidak memiliki keterbatasan pada ilmu agama (Naqliyah) semata. Manusia juga memerlukan ilmu umum ( Aqliyah). Dalam hal ini, ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri melainkan perlu bekerja sama dengan ilmu-ilmu Aqliyah, terutama ilmu-ilmu kealaman dan filsafat.
A.    Generasi Modern
1.      KH. Ahmad Dahlan
a.      Riwayat Hidup
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari pernikahan KH.Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M ). KH. Abu Bakar adalah Khatib di masjid Agung kesultanan Yogyakarta, sedangkan ayahnya siti aminah adalah penghulu besar di Yogyakarta.
Kampung kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad Darwis dibesarkan merupakan lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam  perjalanan hidup Muhammad Darwis dikemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren. Sudah sejak kanak-kanak  diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuangya, oleh para guru (Ulama ) yang ada di dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan naluri melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan menulisnya diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan iparnya. Ia dididik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.
b.      Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Menurut KH.Ahmad Dahlan, Pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Berangkat dari tujuan pendidikan  tersebut, KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi :
1). Pendidikan Moral, Akhlak yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah.
2). Pendidikan Individu, Yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, Antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan Akhirat.
3). Pendidikan Kemasyarakatan, Yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.

2.      KH. Hasyim Asy’ari
a.      Riwayat Hidup
Hasyim Asy’ari lahir di desa gedang, jombang, Jawa timur. Pada hari selasa kliwon, pada tanggal 24 Dzulhidjjah 1287 atau bertepatan tanggal 14 Februari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Ibn Asy’ari Ibn Abd. Al- Wahid ibn Abd. Al-Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd. Al-Rahman ibn Abd Al Aziz Abd. Al Fatah Ibn maulana ishak dari Raden Ain Al Yakin yang disebut dengan sunan Giri.
Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja muslim jawa, jaka tingkir dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI, jadi Hasyim Asy’ari juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan .
Hasyim Asy’ari adalah seorang kyai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh sampai  Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon, Sulawesi, Kalimantan, sumatera dan aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala Lumpur. Beliau  terkenal orang yang  alim dan adil, selalu mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat. Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan sebagai Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.
b.      Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Alim wa muta’allim mengikuti logika induktif, dimana beliau mengawali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits, pendapat para Ulama, dan syair- syair yang mengandung hikmah. Dengan cara ini, KH Hasyim Asy’ari memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun demikian,ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau memaparkan isi kitab karangan beliau.
Tujuan pendidikan yang ideal menurut KH Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang beretika tinggi ( Akhlaqul Karimah ). Rumusan ini secara implisit dapat terbaca dari beberapa Hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau menyetir sebuah Hadits yang berbunyi : “ diriwayatkan dari Aisyah R.a  dari Rosululloh SAWbersabda : Kewajiban orang tua terhadapnya adalah membaguskan namanya, membaguskan ibu susuannya, dan membaguskan etikanya”.


3.      Hamka
a.      Riwayat Hidup
“ Hamka bukan hanya milik bangsa indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-bangsa asia tenggara “. Begitulah kata mantan perdana menteri malaysia, Tun Abdul Rozak. Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau. Beliau lahir di Maninjau, Sumatera barat pada tanggal 16 Februari 1908 M / 13 Muharram  1326  H. Belakangan ia diberikan sebutan  Abuya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari  kata Abi, Abuya yang berarti Ayahku atau orang yang dihormati. Ayahnya adalah Syech Abdul Karim Ibn Amrulloh, yang dikenal dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan islah (tajdid) di minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada 1906.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah. Pada usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke padang panjang. Pada usia 7 tahun, ia dimasukan ke sekolah  desa dan malamnya ia belajar mengaji Al-Qur’an  sampai khatam. Beliau sekolah dasar “ Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian pada usia 10 tahun, Ayahnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di padang panjang. Disitu Hamka mempelajari ilmu Agama dan mendalami Bahasa Arab.
b.      Pemikiran Pendidikan
Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian, Yaitu :
1.      Pendidikan Jasmani, pendidikan untuk pertumbuhan & Kesempurnaan Jasmani serta,
2.      Pendidikan Ruhani, Pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan & pengalaman yang didasarkan pada agama.
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui pendidikan, Karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam pandangan islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah. Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan islam adalah “ fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga Akhlakul karimah. “
Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan & tunduk mengabdi sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘Abdulloh. Ketiga unsur tersebut adalah Akal, Hati, & panca indra yang terdapat pada jasad manusia. Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap tanda-tanda kebesaran Alloh.
Tujuan pendidikan dalam pandangan Hamka adalah  “ Mengenal dan Mencari keridhoan Alloh, membangun budi pekerti untuk berakhlaq mulia, serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna ditengah-tengah komunitas sosialnya. “

3.      Mahmud Yunus
a.      Riwayat Hidup
Prof. DR. H. Mahmud Yunus dilahirkan di Batu Sangkar pada tanggal 10 Februari 1899 dan wafat pada tanggal 16 Januari 1982. Sejak kecil, mahmud yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungannya yang kuat untuk memperdalam ilmu agama islam. Ketika berumur 7 tahun, ia belajar membaca Al-Qur’an dibawah bimbingan kakeknya Muhammad Thahir yang dikenal dengan nama Engku Gadang. Setelah menamatkan Al-Qur’an, ia menggantikan kakekknya sebagai guru ngaji Al-Qur’an. Dua tahun kemudian, ia melanjutkan study ke sekolah desa dan kemudian melanjutkan study ke Madras School. Selanjutnya pada tahun 1917, ia bersama teman-temannya mengajar di Madras School dengan memperbaru isi sistem belajar-mengajar dengan menambah sistem halaqah disamping sistem madrasah dengan menggunakan kitab-kitab Mutakhir.
Dengan bekal kemampuan bahasa arab yang sangat baik, pada tahun 1924 Mahmud Yunus melanjutkan studynya ke Universitas Al-Azhar Chairo, Mesir. Disana ia memperdalam ilmu-ilmu Agama dan bahasa Arab. Setelah lulus dari Universitas Al-azhar, ia melanjutkan studinya ke Darul Ulum dan mendapatkan gelar Diploma dengan spesialisasi dalam bidang pendidikan.
b.      Pemikiran Pendidikan
Menurut Mahmud Yunus, Pendidikan adalah suatu bentuk pengaruh yang terdiri dari ragam pengaruh yang terpilih berdasarkan tujuan yang dapat membantu anak-anak agar berkembang secara jasmani, akal dan pikiran. Dalam prosesnya ada upaya yang harus dicapai agar diperoleh hasil yang maksimal dan sempurna, tercapai kehidupan harmoni secara personal dan sosial. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan menjadi lebih sempurna, kokoh, dan lebih bagus bagi masyarakat.
Dari aspek tujuan pendidikan islam. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan islam, mahmud Yunus merumuskan dua hal, yaitu untuk kecerdasan perseorangan dan kecerdasan mengerjakan pekerjaan. ada yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam ialah mempelajari serta mengetahui ilmu-ilmu agama islam dan mengamalkannya, seperti ilmu tafsir, hadits, fiqh, dan lain sebagainya. Tujuan inilah yang dipaksa oleh madrasah-madrasah diseluruh dunia. Bahkan ada ulama yang mengharamkan mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti fisika & kimia. Tujuan seperti inilah menurut Mahmud Yunus yang membuat islam lemah dan tidak bisa mempartahankan kemerdekaannya.
Tujuan Pendidikan islam menurut mahmud Yunus ialah menyiapkan anak-anak didik agar dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan pekerjaan dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat.




DAFTAR PUSTAKA
Aly. Herry Noer, 2003. Transformasi Otoritas keagamaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Kurniawan.Samsul dan Erwin Makhrus,2011.Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

http://islamiceducation001.blogspot.co.id/2014/05/tokoh-tokoh-pendidikan-islam-dari.html