Kategori

Rabu, 13 April 2016

CATATAN SANG MURBA 2

CATATAN SANG MURBA 2



Suara alam berdering ditengah kesunyian yang lekat dengan cahaya rambu yang memancar begitu indah untuk sesaat.
Butir-butir berkilau kian menepis pandangan yang membuatku tersontak menyaksikan citra dibalik realita.

Terlihat, makhluk-makhluk akrobatik menghiasi jalannya waktu.
Mereka mendesah, dengan desahan yang sedikit meronta pada nilai keadaan yang membuatnya harus menjalani ritual dinamika, 

Hingga tak lagi punya naluri dan estetika kaidah berkehidupan yang layak. 

Mereka kian terbuang oleh nilai,
 mereka kian terbuang oleh mobilitas,
 dan mereka kian terbingkis wadah citra sebagai makhluk jaddah dinegeri yang mulia.

 Tapi janganlah demikian,

 Dalam benak mereka penuh harap,
 dalam benah mereka tersadar bahwa mereka pula kekasih sang tuhan,
 bukan seperti yang engkau rasakan bahwa mereka putera-puteri setan yang tidak lepas dari keadaan salah.

 Ya, 
Mereka hanya korban-korban dibalik tirai keadaan.










Van‬. 14-04-16

MAHASISWA, hari ini ??

 MAHASISWA, hari ini ??


Berbicara tentang mahasiswa hari ini, sepertinya sudah tak lagi tabu ketika kita melihat bagaimana tingkat kepekaaan mahasiswa hari ini yang kian hari kian terpuruk statusnya sebagai kaum intelektual. Dengan bangga mereka memakai atribut-atribut identitas kampusnya, dengan bangga mereka mengaku bahwa dirinya sebagai anak kuliyahan, namun mereka tak lagi mencanangkan posisinya sebagai mahasiswa yang sesungguhnya. Dengan pengaruh budaya globalisasi negeri kita hari  ini, telah banyak menciptakan mahasiswa-mahasiswa hedonis (hidup menghamburkan uang), mahasiswa yang Apatis ( Acuh-Tak Acuh ), dan mahasiswa yang tak berkualitas.
"Pendidikan kita hanya ber-orientasi pada hukum dan ekonomi. Tidak berorientasi "Politik" : Bagaimana menata sebaik-baiknya kesejahteraan bangsa ini. Juga tidak beroriantasi "Agama" : bagaimana meletakkan semua ilmu dan perilaku sosial ini dalam pengabdian kepada Alloh".( Cak Nun, "sedang tuhan pun cemburu".hal : 171 ). Melihat pandangan yang diungkapkan oleh Cak Nun tersebut membuat saya merenungkan perkataannya tersebut dan merasa miris dengan mengamati keadaan mahasiswa hari ini. Masih menurut Cak Nun dan dalam buku yang sama beliau mengungkapkan bahwa, "Keseluruhan mekanisme kependidikan kita lebih sukses sebagai alat mencari kekayaan, alat merugikan orang lain dan menang sendiri dibanding sebagai alat untuk lebih memuliakan dan menyejahterakan kehidupan masyarakat secara lebih menyeluruh. Padahal pada saat yang sama, begitu kita masuk kampus, langsung kita merasa diri sebagai calon pemimpin bangsa."
Masihkah pantas mereka disebut sebagai kaum intelektual ? dengan keadaanya saat ini yang lebih bersikap Apatis ( acuh ) terhadap berbagai dinamika yang terjadi baik didalam maupun diluar kampus. Sangat disayangkan sungguh keadaanya sebagai kaum intelektual yang tidak lagi merindukan kualitas. Dalam hal ini, kemudian saya pun mempersepsikan dengan menganalisis realita mahasiswa hari ini hanya takut pada 3 poin "en", yakni takut pada Dosen, Absen, dan Persen (Nilai). tanpa mereka menyadari bahwa bangsa ini merindukan kualitas tunas-tunasnya sebagai pengendali arah bangsa pada babak yang akan datang.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bapak revolusioner kita “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Bung Karno. Dari ungkapan diatas dapat kita sadari sebagaimana peran mahasiswa-mahasiswi sebagai pemuda-pemudi pilihan yang akan memberi arah jalan bagi bangsa kita agar menuju bangsa yang lebih baik dari bangsa yang kemarin. Dimanakah peran sesungguhnya untuk para calon pemegang kendali arah bangsa ini ? sebagai kaum Agent Of Change dan sebagai Agent Of Control.
Peran pemuda dalam perubahan dan pembangunan bangsa ini telah tergambar dengan jelas dalam catatan sejarah. sebagaimana pada tahun 1945 yang ketika itu mendesak Ir.Soekarno dan menculiknya ke Rengasdengklok agar Soekarno pada saat itu segera mendeklarasikan kemerdekaan indonesia. kemudian pada tahun 1998 yang pada saat itu dengan geramnya dengan rezim orde baru yaitu pada pemerintahan presiden soeharto, hingga kemudian berhasil menggulingkannya dari jabatan beliau. Dengan semangat yang membara bagaikan api dan pergerakannya yang dahsyat bagaikan halilintar, membuat pemuda-pemudi dan khususnya yang menjabat dirinya sebagai mahasiswa ataupun masyarakat kampus itu mendapatkan julukan yang baik dari masyarakat yakni " Masyarakat intelektual", yang dengan intelektualnya itu mampu mengawal kehidupan miniatur negara maupun untuk negaranya ke arah yang lebih baik.

CATATAN SANG MURBA

CATATAN SANG MURBA 1





Ku sapa alam nan riuh penuh elegi senja ini, 
sembari ku nikmati sebatang cigarette yang nampak memberikan pesona dan aura baru pada langkahku.

Ku sirat dengan pena ku yang sudah setengah baru, 
tentang langkah yang akan ku terjang.
Dengan langkah terayun, 
sesekali ku elus dan ku lihat keadaan kuda besi tua yang teramat lama hingga kini ku tunggu kesehatannya di ICU sebuah tempat perbaikan dimana kini ku bersinggah.
 
Terus menerus tak bosan ku meliriknya, melihat kuda tua ku yang terus merintih bergemuruh untuk lekas segera pulih & kembali bersama mengiringi langkahku.







Van.11-04-16