MAHASISWA, hari ini ??
Berbicara tentang mahasiswa hari ini, sepertinya sudah tak lagi tabu
ketika kita melihat bagaimana tingkat kepekaaan mahasiswa hari ini yang
kian hari kian terpuruk statusnya sebagai kaum intelektual. Dengan
bangga mereka memakai atribut-atribut identitas kampusnya, dengan bangga
mereka mengaku bahwa dirinya sebagai anak kuliyahan, namun mereka tak
lagi mencanangkan posisinya sebagai mahasiswa yang sesungguhnya. Dengan
pengaruh budaya globalisasi negeri kita hari ini, telah banyak
menciptakan mahasiswa-mahasiswa hedonis (hidup menghamburkan uang),
mahasiswa yang Apatis ( Acuh-Tak Acuh ), dan mahasiswa yang tak
berkualitas.
"Pendidikan kita hanya ber-orientasi pada hukum dan
ekonomi. Tidak berorientasi "Politik" : Bagaimana menata sebaik-baiknya
kesejahteraan bangsa ini. Juga tidak beroriantasi "Agama" : bagaimana
meletakkan semua ilmu dan perilaku sosial ini dalam pengabdian kepada
Alloh".( Cak Nun, "sedang tuhan pun cemburu".hal : 171 ). Melihat
pandangan yang diungkapkan oleh Cak Nun tersebut membuat saya
merenungkan perkataannya tersebut dan merasa miris dengan mengamati
keadaan mahasiswa hari ini. Masih menurut Cak Nun dan dalam buku yang
sama beliau mengungkapkan bahwa, "Keseluruhan mekanisme kependidikan
kita lebih sukses sebagai alat mencari kekayaan, alat merugikan orang
lain dan menang sendiri dibanding sebagai alat untuk lebih memuliakan
dan menyejahterakan kehidupan masyarakat secara lebih menyeluruh.
Padahal pada saat yang sama, begitu kita masuk kampus, langsung kita
merasa diri sebagai calon pemimpin bangsa."
Masihkah pantas mereka
disebut sebagai kaum intelektual ? dengan keadaanya saat ini yang lebih
bersikap Apatis ( acuh ) terhadap berbagai dinamika yang terjadi baik
didalam maupun diluar kampus. Sangat disayangkan sungguh keadaanya
sebagai kaum intelektual yang tidak lagi merindukan kualitas. Dalam hal
ini, kemudian saya pun mempersepsikan dengan menganalisis realita
mahasiswa hari ini hanya takut pada 3 poin "en", yakni takut pada Dosen,
Absen, dan Persen (Nilai). tanpa mereka menyadari bahwa bangsa ini
merindukan kualitas tunas-tunasnya sebagai pengendali arah bangsa pada
babak yang akan datang.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bapak
revolusioner kita “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut
Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia”. Bung Karno. Dari ungkapan diatas dapat kita sadari sebagaimana
peran mahasiswa-mahasiswi sebagai pemuda-pemudi pilihan yang akan
memberi arah jalan bagi bangsa kita agar menuju bangsa yang lebih baik
dari bangsa yang kemarin. Dimanakah peran sesungguhnya untuk para calon
pemegang kendali arah bangsa ini ? sebagai kaum Agent Of Change dan
sebagai Agent Of Control.
Peran pemuda dalam perubahan dan
pembangunan bangsa ini telah tergambar dengan jelas dalam catatan
sejarah. sebagaimana pada tahun 1945 yang ketika itu mendesak
Ir.Soekarno dan menculiknya ke Rengasdengklok agar Soekarno pada saat
itu segera mendeklarasikan kemerdekaan indonesia. kemudian pada tahun
1998 yang pada saat itu dengan geramnya dengan rezim orde baru yaitu
pada pemerintahan presiden soeharto, hingga kemudian berhasil
menggulingkannya dari jabatan beliau. Dengan semangat yang membara
bagaikan api dan pergerakannya yang dahsyat bagaikan halilintar, membuat
pemuda-pemudi dan khususnya yang menjabat dirinya sebagai mahasiswa
ataupun masyarakat kampus itu mendapatkan julukan yang baik dari
masyarakat yakni " Masyarakat intelektual", yang dengan intelektualnya
itu mampu mengawal kehidupan miniatur negara maupun untuk negaranya ke
arah yang lebih baik.